Berawal dari
Mas Walesa yang mention soal
artikel ini, saya jadi pengen
share satu kuliner yang merupakan salah satu `harta karun` selain Gudeg (yang sudah biasa) di sekitar
Yogyakarta.
Setelah sebelumnya saya sudah berbagi tentang
Tengkleng Gajah, kali ini saya akan cerita dikit tentang
Mangut Lele. Yang mana merupakan salah satu makanan all time favorite saya. Mungkin bagi teman-teman yang tempat kelahirannya daerah Kedu (Magelang, Purworejo, Kebumen, Temanggung, Wonosobo) juga tidak terlalu asing dengan menu yang belum terlalu terkenal untuk komoditi kuliner ini.
Dulu, selama ibu saya masih ada, rasanya sering banget masak yang namanya Mangut Lele ini. Jadinya ga pernah yang namanya beli di warung, heheu. Namun, setelah beliau tidak ada, 10 tahun terakhir ini mungkin bisa dihitung jari saya merasakan masakan ini. Ketika hidup di Purwokerto dan Bandung pun sepertinya ga ada yang jual juga.
Nah, apa yang membuat Mangut Lele ini begitu berharga? (agak lebay si, hahaha)
Ya karena enak pake banget.
Jika biasanya kita menikmati lele (di warung-warung pecel lele) dengan digoreng kering saja, maka jika dimangut maka lele disajikan dengan bumbu santan kuning kemerahan. Kalau ga salah bakal menghasilkan rasa gurih, asin dan pedas, wkwk. Dengan sensasi lele yang empuk atau bahkan kadang-kadang hampir hancur. Sensasi bakal sempurna kalau masaknya di tungku (luweng) bukan menggunakan kompor, heheu. Maknyus banget pokoke! :D
Gimana? Penasaran?
Monggo kalau lagi pas jalan-jalan atau mudik ke daerah Jogja atau Kedu bisa dicari warung yang jual ini mangut, atau kalau ada saudara yang bisa masak tinggal request aja kalau bisa, haha. Recommended banget buat dicoba pokoknya.
Oiya, terakhir kali saya maka mangut itu pas tahun baru kemarin mau ke
Gunung Sumbing, tapi mampir dulu di rumah
Ratri di Magelang. Itu pun bukan mangut lele (karena mangut sejatinya tidak harus menggunakan lele).
@ariffsetiawan
Labels: Culinary, Mangut Lele, Yogyakarta